Home » » (Edukasi) SMK PELAYARAN TUNTUT PENYEDIAAN SIMULATOR KAPAL

(Edukasi) SMK PELAYARAN TUNTUT PENYEDIAAN SIMULATOR KAPAL

Written By Redaksi on Senin, 24 Februari 2014 | 06.39

STANDARDISASI INTERNASIONAL BAK mata uang yang memiliki dua sisi. Sisi baiknya ialah lulusan calon pelaut yang dihasilkan akan berstandar dunia, sedangkan sisi buruknya sekolahnya terancam ditutup karena tidak memenuhi persyaratan “baru” tersebut.

Ini terkait dengan mulai berlakunya Amandemen Manila 2010 The International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW: Konvensi Internasional mengenai Tolok Ukur Pelatihan, Sertifikasi, dan Tugas Jaga bagi Pelaut) 1978 pada tanggal 1 Januari 2012.

Itulah sebabnya Paguyuban Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Manar Bahtera Samudra (MBS) mengadakan pertemuan anggota di SMK Pelayaran Kalasan di Dusun Ngajeg Tirtamartani, Kalasan, Sleman, DIY, pada hari Sabtu 22 Februari 2014.

Selain membahas persiapan standardisasi approval (izin), Paguyuban MBS itu sekaligus juga melakukan sosialisasi penggunaan simulator kapal. Demikian tertera dalam undangan yang ditandatangani oleh Hendarto H., sekretaris paguyuban.

Dalam pertemuan itu, hadir pakar bidang pendidikan kepelautan, Huske Dwi Gustian (D.G.), yang memberikan penjelasan perihal standardisasi dunia oleh badan United Nations (UN: Perserikatan Bangsa) tersebut.

Setelah mendapatkan pengarahan itu, pada akhirnya mau tak mau paguyuban tersebut, untuk memenuhi tolok ukur International Maritim Organization (IMO: Badan Maritim Dunia) itu, mengimbau pemerintah --dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)-- agar membantu menyediakan simulator kapal bagi SMK Pelayaran.

Kenapa hadirnya alat ini begitu penting dan esensial?

Menurut Huske D.G., sistem standar mutu kepelautan dievaluasi secara berkala satu tahun sekali oleh tim audit yang ditunjuk dan dapat mengakibatkan pembatalan approval (izin) operasi SMK Pelayaran.

Ia mengingatkan bahwa selama ini peralatan pengajaran di SMK Pelayaran hanya merupakan dummy, sehingga tidak bisa dioperasikan. “Apakah gambar ini bagian dari laboratorium atau museum atau gudang penyimpanan?”

Dengan menunjukkan foto alat peraga dalam bentuk mesin, ia bertanya lebih jauh, “Mau diapakan mesin-mesin ini? Apakah peralatan bengkel mencukupi dari jumlah siswa yang ada? Sampai kapan Indonesia bisa bersaing jika peralatan tidak mendukung?”

Padahal, menurut ia, tantangan yang sekaligus peluang bagi pelaut Indonesia terbuka untuk menjadi awak, mulai dari kapal tangki minyak kelas Knock Nevis 458 m(eter), kapal peti kemas kelas Emma Maersk 397 m,kapal bulk carrier kelas Vale Brasil 362 m, hingga kapal penumpang kelas Allure of the Seas 360 m atau kapal induk pembawa pesawat terbang kelas USS Enterprises 341 m.

(*/eSeMM/24022014.10:43).-
Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit