Home » » SAJAK-SAJAK “PENGKHIANAT” (Bagian Kesepuluh)

SAJAK-SAJAK “PENGKHIANAT” (Bagian Kesepuluh)

Written By Madani on Selasa, 08 Juli 2014 | 08.04

(ketika rasa mengosong)


46.

melihat
tapi tak terpikat
merenung
tapi tak tercenung

sunyata
kosong tapi nyata
melumer
tapi tidak pamer

berhenti
tapi wanti-wanti
mengawas
penuh rasa mawas

berpikir
dalam energi mengalir
bekerja
tanpa perlu jeda.

(puji Tuhan
yang selalu memanjakan
usaha membukakan
yang senantiasa dirahasiakan.)

*05072014.22:20.-


47.

tak ada lagi
tempat sembunyi
semuanya terbuka
harus ke mana?

sembunyi hakiki
ada dalam nurani
yang begitu pasrah
tanpa bisa digoyah

tenang dalam ramai
tenang dalam damai
di atas arus sungai
bahkan hujan rinai

lupakan perang
lupakan garang
tanpa teriak
tetap berontak.

*06072014.01:06.-


48.

tahu diri
itu tepatnya
tak mampu lagi
itu alasannya

siapa bisa
terima apa adanya
bocah renta
bau tanah pula

semuanya
serba rahmat
dipikirnya
serba cermat

tapi, siapa tahu
apa yang kanterjadi
semuanya teka-teki
sebelum berlalu.

*06072014.13:56.-


49.

tak berdaya
kecuali nelangsa
tanpa persiapan
hanya perasaan

masih "wong ndesa"
tapi hidup di kota
ingin jujur menulis
tapi dianggap pengemis

terpaksa belajar diam
kebebasan pun terbungkam
apa ukurannya
apa batasannya

perbedaan itu biasa
masalahnya hanya pentas
pasti meninggalkan bekas
kebebasan pun terpaksa sirna.

*06072014.15:58.-


50.

gerimis
menepis
tangis
habis

menderas
melibas
aku tertebas
impas

terkapar
tanpa alas
terkelupas
bubar.

(tak ada pesta
yang tak berakhir
ikhlaskan saja
biar tak kuatir!)

*TelukAngsan06072014.17:17.-

Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit