(ketika punya tapi tidak memiliki)
61.
sekali letih
tetap saja letih
jalan pun bertatih
rasa seperti diserpih-serpih
punya tapi tidak punya
memiliki tapi tak lagi menikmati
terlalu banyak taruhannya
hanya untuk sekadar tidak mati
andaikan tak terjebak
dalam sumpah prasetya ksatria
entah apa jadinya
jadi pengkhianat korak?
baik atau tidak baik
pilihan yang bikin mata mendelik
pilihan selalu penuh risiko
dan tidak mungkin membiarkannya blangko.
(beginilah bila sudah jadi orang kalah
hanya bisa menerima dan menyerah!)
*TelukAngsanPermai.03092014.23:19.-
62.
pinggang
oh pinggang
hanya air putih
yang bisa bikin pulih
delapan liter
jadi klenger
dalam hidup ini
selalu ada risiko
tapi jangan yang ini
dapat bikin K.O.
bisa hilang iman
krisis kepercayaan
mestinya semuanya
ada logikanya
selagi muda bertapa
sudah tua menikmatinya
bila terlanjur terbalik
bikin mata "mendelik".
(menyesal juga?
sama sekali tidak!
menerimanya
yang lain... tidak!)
*13092014.10:50.-
63.
ingin aku bertanya
tapi tidak berani
kenapa hidup begini
terasa teraniaya
tambahkan lagi
aku masih sanggup
selama rumpun melati
setiap pagi masih kuncup
aku akan genapkan
hidup yang berantakan
biarkan, biarkan, biarkan
berjalan bukan tanpa perlawanan
bukankah inti hidup
itu gerak
entah itu berderak
entah itu sudah "angslup".
(bila tak ada lagi gerak
nafas akan sesak
manusianya mati
tak lagi terhuni.)
*14092014.01:22.-
64.
tidurlah, tidurlah
biarkan aku berjaga
menghitung jejak tingkah
selama menjadi manusia
kunci rumah saja
perlu diganti
pada waktunya
masa terbiarkan mati
bahkan di dalam diam
ada gerak tanpa batasan
menembus kesangsian
menera yang melempam
mestikah semua dihitung
entah rugi entah untung
lupakan saja semuanya
biarkan hidup ikhlas saja.
*14092014.01:39.-
65.
izini aku istirahat
aku sudah cacat
masih menggeliat
tapi terlalu melarat
bahkan sekadar semangat
aku tak mungkin lagi giat
aku memilih menyerah
aku memilih pasrah
itu karena aku cuma "titah"
dan bukan manusia pongah
bila kamu mau jumawa
silakan saja
inilah aku senyatanya
manusia biasa
yang bisa putus asa
tanpa harapan pula.
(akan tetapi, gerak tetap esensiku
ketika nyawa sampai di leherku
aku akan tetap menggerakkan bola mataku
meskipun itu hanya isyarat saat terakhirku!)
*GriyaCiptadi.14092014.22:57.-
61.
sekali letih
tetap saja letih
jalan pun bertatih
rasa seperti diserpih-serpih
punya tapi tidak punya
memiliki tapi tak lagi menikmati
terlalu banyak taruhannya
hanya untuk sekadar tidak mati
andaikan tak terjebak
dalam sumpah prasetya ksatria
entah apa jadinya
jadi pengkhianat korak?
baik atau tidak baik
pilihan yang bikin mata mendelik
pilihan selalu penuh risiko
dan tidak mungkin membiarkannya blangko.
(beginilah bila sudah jadi orang kalah
hanya bisa menerima dan menyerah!)
*TelukAngsanPermai.03092014.23:19.-
62.
pinggang
oh pinggang
hanya air putih
yang bisa bikin pulih
delapan liter
jadi klenger
dalam hidup ini
selalu ada risiko
tapi jangan yang ini
dapat bikin K.O.
bisa hilang iman
krisis kepercayaan
mestinya semuanya
ada logikanya
selagi muda bertapa
sudah tua menikmatinya
bila terlanjur terbalik
bikin mata "mendelik".
(menyesal juga?
sama sekali tidak!
menerimanya
yang lain... tidak!)
*13092014.10:50.-
63.
ingin aku bertanya
tapi tidak berani
kenapa hidup begini
terasa teraniaya
tambahkan lagi
aku masih sanggup
selama rumpun melati
setiap pagi masih kuncup
aku akan genapkan
hidup yang berantakan
biarkan, biarkan, biarkan
berjalan bukan tanpa perlawanan
bukankah inti hidup
itu gerak
entah itu berderak
entah itu sudah "angslup".
(bila tak ada lagi gerak
nafas akan sesak
manusianya mati
tak lagi terhuni.)
*14092014.01:22.-
64.
tidurlah, tidurlah
biarkan aku berjaga
menghitung jejak tingkah
selama menjadi manusia
kunci rumah saja
perlu diganti
pada waktunya
masa terbiarkan mati
bahkan di dalam diam
ada gerak tanpa batasan
menembus kesangsian
menera yang melempam
mestikah semua dihitung
entah rugi entah untung
lupakan saja semuanya
biarkan hidup ikhlas saja.
*14092014.01:39.-
65.
izini aku istirahat
aku sudah cacat
masih menggeliat
tapi terlalu melarat
bahkan sekadar semangat
aku tak mungkin lagi giat
aku memilih menyerah
aku memilih pasrah
itu karena aku cuma "titah"
dan bukan manusia pongah
bila kamu mau jumawa
silakan saja
inilah aku senyatanya
manusia biasa
yang bisa putus asa
tanpa harapan pula.
(akan tetapi, gerak tetap esensiku
ketika nyawa sampai di leherku
aku akan tetap menggerakkan bola mataku
meskipun itu hanya isyarat saat terakhirku!)
*GriyaCiptadi.14092014.22:57.-
Posting Komentar