Home » , » DZU AL-NUN Al-MISHRI: MAKRIFAT ANTARA KEBODOHAN, SYIRIK, DAN KEBINGUNGAN

DZU AL-NUN Al-MISHRI: MAKRIFAT ANTARA KEBODOHAN, SYIRIK, DAN KEBINGUNGAN

Written By Unknown on Kamis, 03 Oktober 2013 | 15.22

TAKKURANG DARI salah satu ruhaniwan tersembunyi yang menonjol,[1]yang sekaligus pelopor renungan tentang makrifat (gnosis), telah memperingatkan rekannya sesama ahli mistik bahwa “Merenungkan Inti Tuhan itu kebodohan, dan menuding kepada-Nya merupakan kebingungan.”[2]

Ruhaniwanini merupakan “(orang berwibawa) yang unik pada zamannya di bidang ilmu pengetahuan dan keimanan serta masalah mistik dan kebudayaan.”[3]Siapakah pelopor yang satu ini?

Ahlikimia dan cahaya ini, Dzu al-Nun al-Mishri (h. 180--245 H/796--859 M), lebih dikenal sebagai sufi lantaran ia punya silsilah atau merupakan ahli waris ilmuspiritual (tradisi gnostik) bangsa Mesir kunå. Padahal, ia orang Persia yang telah mendapatkan karunia dibukakan pintu pengetahuan dan kebijaksanaan.[4]Bagaimana ini bisa terjadi?

Kisahnya termaktub dalam buku biografi karya Farid al-Din ‘Aththår (wafat 627 H/1229 M),Tadzkirat al-Awliya’ (Mengenang Wali), yang juga berisi anekdot parasufi besar.[5]

“Pada petang hari Dzu al-Nun al-Mishri memasuki reruntuhan gedung, di tempat inilah ia menemukan... guci berisikan emas dan permata mutiara yang tertutup oleh...papan yang di atasnya bertuliskan Nama Ållåh. Teman...nya berebut membagi emasdan permata tersebut, tetapi Dzu al-Nun... berkata: ‘Berikan papan itu sebagaibagianku, ... Nama yang sangat aku cintai ada di atasnya,’ dan tidak henti-hentinyaia menciumi papan tersebut sepanjang hari. ... berkah yang terdapat didalamnya... mengantarkan...nya kepada tingkatan... bermimpi dan mendengar bisikan... :

‘Wahai Dzu al-Nun,... orang lain bersuka ria mendapatkan emas danpermata,... engkau sebaliknya, justru bersenang dengan Nama-Ku. Karena itulah,Aku membuka pintu pengetahuan dan pintu kebijaksanaan untukmu.”[6]

Nama Dzu al-Nun, “lelaki dengan ikan”, sebenarnya Thåuban bin Ibråhim. Ia lahir diIkhmim, Mesir Udik. Ia mempelajari ilmu agama dan menyebarkan hadits dari Malikbin Anas, pendiri madzhab fiqih Maliki.[7]Ayahnya berasal dari kawasan Nubia.[8]Zawiyah di Ikhmim dinisbatkan kepadanya.[9]

Selama penguasa Muktazilah memburu kaum ortodoks, ia dijebloskan ke penjara, karena ia yakin bahwa Al-Qurän tidak diciptakan (baca: bukan makhluk). Namun,Khalifah Mutawwakil begitu terkesan oleh khutbahnya dan membebaskannya. Ia dituduh sebagai filsuf dan ahli kimia, serta kemurnian kegiatan mistiknya kadang-kadang diragukan. Paling tidak ia menulis dua karya tentang kimia.[10]

Saatkecil, Ibråhim al-Qåssar merasa kecewa melihat pemimpin mistik itu bersikap sangat rendah hati dan lemah lembut. Setelah membaca apa yang dipikirkan anakitu lewat kekuatan batinnya, Dzu al-Nun menegurnya. Begitulah, ia dikabarkan memperlihatkan sejumlah keajaiban. Dalam legenda yang aneh, ia dianggap tukang sihir yang menguasai manusia dan... jin.

Masih menurut legenda ini, ia dikatakan “menyusuri jalan kutukan.” Akan tetapi,ketika ia wafat, “di dahinya tertulis: ‘Inilah sahabat Tuhan, ia meninggal dalam cinta kepada Tuhan, terbunuh oleh Tuhan.”[11]

(1)     Cinta (Isyq)
BEGITULAH,SEPERTI umumnya kaum mistik awal: Rabi’ah al-’Adawiyah, al-Muhasibi, danal-Hallaj, Dzu al-Nun mengkhutbahkan doktrin tentang cinta sesuai dengan Al-Quränsurat Al-Maidah5:59:[12]

Ciriutama kaum mistik awal ialah berpegang erat pada doktrin tanzih. Dengandemikian, tidak mungkin terdapat kemanunggalan timbal-balik antara Tuhan dan manusia,karena cinta (isyq) hanya akan lahirantara suka dan suka, apalagi Tuhan benar-benar tidak sama dengan setiapsesuatu yang Dia ciptakan.[13]

Yangdimaksud tanzih ialah doktrin keterbatasan:
a.      bahwaTuhan --berdasarkan esensinya-- sama sekali tidak sama dengan makhluk yang Diaciptakan,
b.      dalampraktik sufi berkaitan dengan via remotionis, pembersihan dari semuacitra dan idea yang terbentuk sebelumnya tentang Ållåh, khususnya yangdikaitkan dengan frasa negatif la ilaha dalam formula tahlil (lailaha illallah).[14]

Ketikaditanya akan makna tawbah, Dzu al-Nun menjawab, “Tawbah masyarakat awam ialah tobat dari… dosa, sementara tawbah kaum terpilih ialah taubah darikelalaian (ghåflah).”[15]Ghåflah yang dimaksud ialah dalam pengertian ketat, yakni kealpaan sesaat terhadap Tuhan, sedangkan dalam pengertian luas ialah kesibukan dengandiri sendiri.

(2)     Quthb Zamanihi

KONON, DARIDzu al-Nun-lah, konsepsi bahwa imam sufi merupakan poros zamannya (quthbzamanihi) berasal. Konsep ini merosot pada zaman Ibn al-’Aråbi dan rusak pada era selanjutnya, sehingga tinggal menjadi tahap pencapaian mistik saja,yang terucap dalam julukan: al-quthb al-ghåwts, quthb al-aqthåb,atau quthb al-’alam.[16]

Nama Dzu al-Nun juga termaktub dalam salah satu silsilah awal kaum sufi setelah Al-Junaid(w. 910) yang disebut jalur ajaran gnostik rahasia: “Sayyidal-Shufiyyah” Sahl al-Tustari (w. 886 atau 896) - Dzu al-Nun (w. 859) - Isråfilal-Maghribi - Abu ‘Abdallah M. Hubaisya al-Tabi’i - Jabir al-Ansharial-Shahhabi - ‘Ali ibn Abi Thålib (w. 661).[17]

DariDzu al-Nun sang Nubian dan Bisyr ibn al-Harits sang Mervian (w. 277/841) pula,kecenderungan malamati bersumber, meski asal-muasalnya harus dicari diNisyapur, dengan pendiri: Abu Hafsh ‘Amr ibn Salma al-Haddad (w. 270/883),Hamdun al-Qåshshår (w. 271/884), dan Sa’id ibn Isma’il al-Hairi yang dikenalsebagai al-Wa’izh (w. 298/910).[18]

Malamatisecara harfiah bermakna orang yang memancing kecaman.

(Gus Moen)

Catatan Kaki Rujukan:

[1]       Annemarie Schimmel, Dimensi Mistikdalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, cetakan pertama, Oktober 2000,halaman 51, dengan mengutip ‘Ali bin ‘Utsman al-Hujwiri, The “Kashfal-Mahjub,” the Oldest Persian Treatise on Sufism by al-Hujwiri, penerj.Reynold A. Nicholson, Gibb Memorial Series, No. 17, 1911, cetakan ulang, London, 1959, halaman100. Buku Schimmel ini diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono (ed.), AchadiatiIkram, Siti Chasanah Buchari, dan Mitia Muzhar, dari judul asli MisticalDimension of Islam, The University of North Carolina Press, Chapel Hill,1975.

[2]       A. Schimmel, op.cit., Oktober 2000,halaman 4, dengan mengutip Maulana ‘Abdurrahman Jami, Nafahat al-Uns,peny. Tauhidipur, Teheran, 1336 H/1957, halaman 34.
[3]       A. Schimmel, op.cit., Oktober 2000,halaman 51, dengan mengutip Abul Qasim al-Qushayri, Ar-Risala al-Qushayriyya,peny. dan penerj. F.M. Hasan, Karachi,1964, halaman 8.
[4]       Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas,PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,Desember 1996, halaman 452.
[5]       Cyril Glasse, op.cit., 1996,halaman 42.
[6]       Cyril Glasse, op.cit., 1996,halaman 452.
[7]       A. Schimmel, op.cit., Oktober 2000,halaman 51, dengan mengutip Al-Qushayri, op.cit., 1964, halaman 8.
[8]       J.S. Trimingham menyebutnya wafat padatahun 860 M. J. Spencer Trimingham, Madzhab Sufi, Penerbit Pustaka, Bandung, 1999, halaman 43.
[9]       J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 46.
[10]     A. Schimmel, op.cit., Oktober 2000,halaman 51--52, dengan mengutip Ibn al-Nadim, Fihrist, 2, halaman 862.
[11]     A. Schimmel, op.cit., Oktober 2000,halaman 51, dengan mengutip Al-Hujwiri, op.cit., 1959, halaman 100.
[12]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 145.
[13]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 145.
[14]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 323.
[15]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 146, dengan mengutip Abu al-Qazim Qusyayri, Al-Risalatal-Qusyayriyyah, edisi Kairo, 1319 H, halaman 43 dan Abu Hafsh Syihabal-Din ‘Umar Suhrawardi, ‘Awarif al-Ma’arif (Karunia Pengetahuan Ilahi),‘Alamiyyah Press, Kairo, 1358 H/1939 M, halaman 338. Edisi Indonesia: Risalah al-Qusyayri, Pustaka, Bandung, 1994, dan Syaikh Shihabuddin ‘Umar Suhrawardi, ‘Awarifal-Ma’arif: Sebuah Buku Daras Klasik Tasawuf, Pustaka Hidayah, Bandung, cetakan pertama,Juni 1998. Buku kedua diterjemahkan oleh Ilma Nugrahani Ismail dari terjemahanInggris H. Wilberforce Clarke, A Dervish Textbook from The ‘Awarifal-Ma’arif, The Oxtagon Press, edisi cetak ulang, 1990. Versi yangdigunakan Trimingham diterbitkan dalam Al-Ghazali, ‘Ihya’, misalnyaedisi tahun 1334 H.
[16]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 162.
[17]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 274, dengan mengutip Taqi al-Din ‘Abd al-Rahman al-Wasithi, Tiryaqal-muhibbin fi thabaqat khirqat al-masya’ikh al-’arifin, Kairo, 1305 H/1888M, halaman 5-7, 42, (buku ini ditulis kira-kira pada tahun 1320 M), dan AbuNashr ‘Abdallah ibn ‘Ali Sarraj, Al-luma’ fi al-tashawwuf, penyuntingR.A. Nicholson, E.J.W. Gibb Memorial Series, xxii, Leiden-London, 1914,halaman 228, 288.
[18]     J.S. Trimingham, op.cit., 1999,halaman 276, dengan mengutip Abu ‘Abd al-Rahman al-Sulami, Risalatal-Malamatiyyah,.dalam Abu al-’Ala’‘Afifi (ed.), al-Malamatiyyah wa al-Shufiyyah wa al-futuwwah, Kairo,1364 H/1945 M, halaman 88, 90.
Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit