[Puisi Kenangan] SAJAK-SAJAK “ADA YANG HILANG” (Bagian Keenam)
(ketika mencoba meredam gejolak, dengan cara menulis sajak)
26.
betapa tak bebasnya hidup
bagai nyala lilin yang tertiup
bisa-bisa mati konyol begitu saja
sungguh berat jalan berbeda
banyak cara menuju iyya
banyak yang harus dimengerti
tetapi untuk memahami
betapa banyak bahaya
belum lagi ke titik sampai
bisa-bisa sudah terbantai
bagaimana mungkin bisa mencapai
bila hidup bahaya, tak bisa santai
orang tak mungkin paham
bahwa majenun itu jalan
demikian juga gila dan demam
pada akhirnya sampai pengertian.
(memang enak bila dapat "jalan lurus"
tidak perlu berpikir keras sampai kurus
tahukah kamu tentang jelaga?
itu hasil akhir 14.ooo pelangi warna!)
*07122013.19:28.-
27.
dia memilihku
apa itu salahku?
dia menyukaiku
apa itu keliru?
aku tak campur tangan
tapi aku yang terima ancaman
andaikan tak ada ikatan
aku sudah lakukan pembalasan
aku tahu siapa kamu
aku tahu kedudukanmu
aku bisa minta tolong saudaraku di kotamu
masalahnya: apakah itu bukan perbuatan keliru?
di dunia ini, tak hanya ada cinta
melainkan juga ada kasih
kamu sama sekali tak tahu akan dia
yang pasti, aku cuma bisa sedih.
*08122013.00:58.-
28.
ketika jiwaku hancur
ketika sukmaku "nglantur"
apakah ada yang peduli?
apakah ada yang memahami?
ketika aku terpaksa masuk dunia malam
ketika aku terpaksa masuk dunia hitam
siapa yeng menulis takdirnya?
siapa yang menentukan garisnya?
hitam atau putih, keduanya tugas
aku harus menjalaninya dengan ikhlas
meski tak ada yang memahaminya
meski terlalu banyak orang merendahkannya
sekarang aku merasa terjebak, tapi senang
mungkin tak ada yang bisa rela lagi riang
menjalani segala takdir yang diterimanya
jadi, aku tak perlu gusar dan jadi aniaya.
(sekali lagi, aku tegaskan dengan seksama
di lumpur hitam, teratai tumbuh, betapa indahnya!)
*08122013.15:11.-
29.
terbunuh, bagiku biasa
terutama secara jiwa
yang pasti, cuma ada satu
yang hilang itu semua usahaku
tentu saja yang dikata bukan takdirnya
di atas gunung, masih ada angkasa
di atas cahaya, masih ada cahaya
duka dan nelangsa itu sangat biasa
bahkan, di dalam kerikil, ada hikmah
apalagi dalam roti, meski tinggal remah
juga bagi mereka yang tak bertali kemah
tidur di emperan toko beralaskan "lemah"
bagiku, hitam atau putih sama-sama menarik
terang atau gelap sama-sam menukik
tergantung pada nurani
bagaimana harus menanggapi.
(cara menanggap itu hakikat
cara menanggap itulah kiamat!)
*08122013.21:42.-
30.
aku terjebak di jalan itu
aku pun terasing
itulah bagianku
tak perlu pusing
setiap orang
punya takdirnya
itu sungguh biasa
jalani saja riang
itu memang jalan susah
tak setiap orang bisa terima
bahkan salah paham pun lumrah
malahan tak mustahil aku dihujatnya
aku akan tabah
menerima segala sergah
aku rela menerima takdir
meski harus jadi martir.
*JalaArt.09122013.14:48.-
[Puisi Kenangan] SAJAK-SAJAK “ADA YANG HILANG” (Bagian Keenam)
Written By Redaksi on Senin, 09 Desember 2013 | 00.19
Label:
puisi
Posting Komentar