Home » » SAJAK-SAJAK “PENGKHIANAT” (Bagian Kedelapan)

SAJAK-SAJAK “PENGKHIANAT” (Bagian Kedelapan)

Written By Madani on Jumat, 27 Juni 2014 | 18.09

(saat jatuh terduduk dengan keras)


36.

ketika jatuh
kita telanjang
hanya peluh
tanpa bayang

jadi, aku hentikan
semua ikatan
bila aku bertahan
itu karena kemauan

aku sekarang tentu
bukan aku yang dulu
masa lalu itu suram
hanya bayang seram

betapa aku dulu  bodoh
tidak tahu nilai ekonomi
sekarang, aku tak bodoh
jangan peras aku lagi.

*25062014.15:36.-


37.

hujan senja
menentramkan
bau tanah
terasa mewah
menggetarkan
orang renta

masih adakah
penggandeng tangan
tersenyum manis
bergincu merah
penuh keikhlasan
menyeka tangis?

aku ada
aku berontak
berganti nada
tak lagi beriak
pohon hilang daun
membuat tertegun.

(ini dadaku
mana dadamu
kita pancarkan kasih
yang welas asih.)

*25062014.17:18.-


38.

malam
mencekam
mimpi buruk
nasib buruk

bisa apa
dapat apa
selain terima
pasrah saja

sudah letih
berkubang sedih
tanpa harap
dalam senyap

setitik nyala
dalam jumawa
alah bisa
karena biasa.

*26062014.01:44.-


39.

pagi
redup
melati
menguncup

wangi
membaur
pilihan ini
jadi ngawur

tetapi
itulah hak
menggenapi
kebebasan pihak

mau apa lagi
itu demokrasi
ada batas tepi
bebas yang terkunci.

*26062014.07:07.-


40.

pernah punya
tetap tidak memiliki
bayangannya saja
tak terinjak kaki

belajar masak
tak perlu teriak
menyulam kutang
tertawa riang

hati pedih
biar di balik tirai
di dalam seringai
ada kedalaman kasih

masih bertanya-tanya
betapa luas takdir-Nya
tak hanya dipisahkan jauh
tapi juga hati tak tersentuh.

(di dalam busur waktu
ada pendalaman
pada tiang batu
ada ketenggelaman.)

*TelukAngsan26062014.08:41.-



**suguhan Trump
Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit