(ketika harus menerima apa adanya)
16.
siapa diriku
sudah tak lagi penting
yang penting
dinihari tak membeku
ada rentak
pada gerak
hati sunyi
teberkahi
apa pun alasannya
kian bisa menerima
rugi tak apa-apa
miskin sudah biasa
hati yang luas
hati yang bebas
tanpa isi
pun abadi.
(apa yang dibawa
ketika mati?
bahkan tak peduli
apakah amal ada!)
*02062014.03:19.-
17.
aku pasti tidak
mengikuti arah angin
di dunia kehendak
aku menciptakan angin
segala yang datang
harus ikut "bilang"
ini "tanah biang"
harus buka belang
ada aturan baku
yang selalu "digugu"
di Tanah Jawi
semua harus "ngugemi"
kecuali satu
yang tetap satu
agama Adam
yang hidup tentram.
(membajak sawah
"kanggo sak gotrah"
mengikuti isi hati
tak akan pernah iri.)
*04062014.08:18.-
18.
akhirnya
aku jatuh
bersimpuh
tanpa daya
sudah terlambat
untuk bersemangat
sedikit saja nekat
syarat sudah tersumbat
duarrrrrr
terkapar
melawan letih
jalan tertatih
minum air hangat
agar tak kiamat
tetap tak pulih
tetap tak tersulih
sudah waktunya
diterima saja
menyerah
kepada takdir Allah.
*04062014.18:15.-
19.
di puncak, dingin
di dada, hangat
betapa pun ingin
dikekang erat-erat
ada yang menempelak
jadi, aku berubah telak
tapi, merasa kalah
benar-benar kalah
mencari lagi
tak lagi isi
hanya sekadar obat luka
dari biasa mengumbar curiga
aku ini entah apa
hanya mantan manusia
jadi anak hidup susah
jadi ayah lebih susah.
(bagai laut dalam
tak ada yang paham
bak jarum dalam jerami
tak akan pernah dimengerti.)
*07062014.00:52.-
20.
apa pun karunia
sedikit atau banyak
diterima saja
tanpa protes, apalagi teriak
sudah pasti ada
mau apa lagi
tokh mengalirnya
boleh dikata tanpa henti
bila cuma sedikit
masa memang sulit
tak sampai lidah tergigit
meski masih terasa pahit
selalu ada keseimbangan
antara menggigil kedinginan
dan merasakan kehangatan
kenapa harus tak berkenan.
(diterima saja
dengan lapang dada
legawa saja
dengan ketulusan jiwa.)
*TelukAngsan09072014.17:19.-
16.
siapa diriku
sudah tak lagi penting
yang penting
dinihari tak membeku
ada rentak
pada gerak
hati sunyi
teberkahi
apa pun alasannya
kian bisa menerima
rugi tak apa-apa
miskin sudah biasa
hati yang luas
hati yang bebas
tanpa isi
pun abadi.
(apa yang dibawa
ketika mati?
bahkan tak peduli
apakah amal ada!)
*02062014.03:19.-
17.
aku pasti tidak
mengikuti arah angin
di dunia kehendak
aku menciptakan angin
segala yang datang
harus ikut "bilang"
ini "tanah biang"
harus buka belang
ada aturan baku
yang selalu "digugu"
di Tanah Jawi
semua harus "ngugemi"
kecuali satu
yang tetap satu
agama Adam
yang hidup tentram.
(membajak sawah
"kanggo sak gotrah"
mengikuti isi hati
tak akan pernah iri.)
*04062014.08:18.-
18.
akhirnya
aku jatuh
bersimpuh
tanpa daya
sudah terlambat
untuk bersemangat
sedikit saja nekat
syarat sudah tersumbat
duarrrrrr
terkapar
melawan letih
jalan tertatih
minum air hangat
agar tak kiamat
tetap tak pulih
tetap tak tersulih
sudah waktunya
diterima saja
menyerah
kepada takdir Allah.
*04062014.18:15.-
19.
di puncak, dingin
di dada, hangat
betapa pun ingin
dikekang erat-erat
ada yang menempelak
jadi, aku berubah telak
tapi, merasa kalah
benar-benar kalah
mencari lagi
tak lagi isi
hanya sekadar obat luka
dari biasa mengumbar curiga
aku ini entah apa
hanya mantan manusia
jadi anak hidup susah
jadi ayah lebih susah.
(bagai laut dalam
tak ada yang paham
bak jarum dalam jerami
tak akan pernah dimengerti.)
*07062014.00:52.-
20.
apa pun karunia
sedikit atau banyak
diterima saja
tanpa protes, apalagi teriak
sudah pasti ada
mau apa lagi
tokh mengalirnya
boleh dikata tanpa henti
bila cuma sedikit
masa memang sulit
tak sampai lidah tergigit
meski masih terasa pahit
selalu ada keseimbangan
antara menggigil kedinginan
dan merasakan kehangatan
kenapa harus tak berkenan.
(diterima saja
dengan lapang dada
legawa saja
dengan ketulusan jiwa.)
*TelukAngsan09072014.17:19.-
Posting Komentar