Home » , » SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Kesepuluh)

SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Kesepuluh)

Written By Madani on Rabu, 13 Agustus 2014 | 16.00

46.

"guyon-guyon parikena"
bergurau tapi (bisa juga) serius
itulah cara bertahannya
ketimbang harus cepat "lampus"

orang yang dianggap lemah
bisa juga mendadak bertindak
bila seperti kuda... "nylenthak"
bila sudah begitu, tak mungkin mengalah

aral penghalang... terjang
gunung tinggi... dilompati
bila ada jurang... terbang
bila tak dimengerti... "mbithi"!

itulah jurus trenggiling
meringkuk pura-pura mati
jangan dianggap kelemahan pasti
itu menunggu kesempatan 'tuk "nempiling".

(orang mengalah senyatanya tidaklah kalah
ia tidak pasrah, melainkan menunggu celah!)

*02082014.15:19.-


47.

menciptakan keterasingan
di tengah keramaian
menjadi ajang kreativitas
yang luas tanpa batas
apa pun risikonya
sungguh membuat bahagia

bisa memainkan teka-teki
kebenaran sendiri
tanpa harus peduli
apa yang sepertinya pasti
mengubah segala yang abu-abu
menjadi putih mutlak tentu

antivirus sudah ada
vitamin juga tersedia
apa lagi yang dicari
kecuali...
kebenaran itu sendiri
itulah yang hakiki.

(Semar asli Jawa tetap saja hadir
di tengah tokoh asing yang membanjir!)

*03082014.20:39.-


48.

bila tidak tahu
jangan ikut-ikutan
itu "taklid" buta tentu
cenderung jadi kesalahan

tentu saja tahu
beda dari "sok tau"
masalahnya tentu
ada bahaya karena tahu

kita menjadi berbeda
itu mengundang curiga
kita dianggap tidak umum
segala alasan tak dimaklum

jadi, ingat kata Belanda tak awas
bahwasanya diam itu emas
tapi, mungkinkah kita dapat diam
dan ada ketakadilan tetap bungkam?

(itulah kewajaran hidup ini
"ewuh aya ing pambudi"!)

*04082014.09:06.-


49.

sungguh, duka ini
tak pernah terpahami
apalagi kegagalan ini
tak pernah dimengerti

betapa kita petik bintang
yang tidak mesti cemerlang
ada pengalaman
dari kegagalan

sekarang, pada masa tua
betapa terasa itu berguna
untuk menganalisis
agar hilang segala miris

takdir tak percuma
tak diciptakan sia-sia
itu pelajaran semua
bagi yang masih percaya.

*SJL.09082014.09:36.-


50.

waras atau gila
apa bedanya
bila waktu
mengharuskan begitu

menjadi orang jujur
malah diri hancur
gigit jari
tak kebagian rezeki

mengambang
dalam udara malam
begitu bimbang
sampai serasa demam

berhasil dan kaya
tidak mesti bahagia
dalam hati merasa sepi
akhirnya bunuh diri.

(dunianya sudah tua ini
yang tidak ikut ngedan
tidak kebagian
kata pujangga dahulu hari!)

*Sukoharjo13082014.22:14.-


Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit