Latest Post
15.13
SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Ketigabelas).
Written By Madani on Minggu, 14 September 2014 | 15.13
(ketika punya tapi tidak memiliki)
61.
sekali letih
tetap saja letih
jalan pun bertatih
rasa seperti diserpih-serpih
punya tapi tidak punya
memiliki tapi tak lagi menikmati
terlalu banyak taruhannya
hanya untuk sekadar tidak mati
andaikan tak terjebak
dalam sumpah prasetya ksatria
entah apa jadinya
jadi pengkhianat korak?
baik atau tidak baik
pilihan yang bikin mata mendelik
pilihan selalu penuh risiko
dan tidak mungkin membiarkannya blangko.
(beginilah bila sudah jadi orang kalah
hanya bisa menerima dan menyerah!)
*TelukAngsanPermai.03092014.23:19.-
62.
pinggang
oh pinggang
hanya air putih
yang bisa bikin pulih
delapan liter
jadi klenger
dalam hidup ini
selalu ada risiko
tapi jangan yang ini
dapat bikin K.O.
bisa hilang iman
krisis kepercayaan
mestinya semuanya
ada logikanya
selagi muda bertapa
sudah tua menikmatinya
bila terlanjur terbalik
bikin mata "mendelik".
(menyesal juga?
sama sekali tidak!
menerimanya
yang lain... tidak!)
*13092014.10:50.-
63.
ingin aku bertanya
tapi tidak berani
kenapa hidup begini
terasa teraniaya
tambahkan lagi
aku masih sanggup
selama rumpun melati
setiap pagi masih kuncup
aku akan genapkan
hidup yang berantakan
biarkan, biarkan, biarkan
berjalan bukan tanpa perlawanan
bukankah inti hidup
itu gerak
entah itu berderak
entah itu sudah "angslup".
(bila tak ada lagi gerak
nafas akan sesak
manusianya mati
tak lagi terhuni.)
*14092014.01:22.-
64.
tidurlah, tidurlah
biarkan aku berjaga
menghitung jejak tingkah
selama menjadi manusia
kunci rumah saja
perlu diganti
pada waktunya
masa terbiarkan mati
bahkan di dalam diam
ada gerak tanpa batasan
menembus kesangsian
menera yang melempam
mestikah semua dihitung
entah rugi entah untung
lupakan saja semuanya
biarkan hidup ikhlas saja.
*14092014.01:39.-
65.
izini aku istirahat
aku sudah cacat
masih menggeliat
tapi terlalu melarat
bahkan sekadar semangat
aku tak mungkin lagi giat
aku memilih menyerah
aku memilih pasrah
itu karena aku cuma "titah"
dan bukan manusia pongah
bila kamu mau jumawa
silakan saja
inilah aku senyatanya
manusia biasa
yang bisa putus asa
tanpa harapan pula.
(akan tetapi, gerak tetap esensiku
ketika nyawa sampai di leherku
aku akan tetap menggerakkan bola mataku
meskipun itu hanya isyarat saat terakhirku!)
*GriyaCiptadi.14092014.22:57.-
61.
sekali letih
tetap saja letih
jalan pun bertatih
rasa seperti diserpih-serpih
punya tapi tidak punya
memiliki tapi tak lagi menikmati
terlalu banyak taruhannya
hanya untuk sekadar tidak mati
andaikan tak terjebak
dalam sumpah prasetya ksatria
entah apa jadinya
jadi pengkhianat korak?
baik atau tidak baik
pilihan yang bikin mata mendelik
pilihan selalu penuh risiko
dan tidak mungkin membiarkannya blangko.
(beginilah bila sudah jadi orang kalah
hanya bisa menerima dan menyerah!)
*TelukAngsanPermai.03092014.23:19.-
62.
pinggang
oh pinggang
hanya air putih
yang bisa bikin pulih
delapan liter
jadi klenger
dalam hidup ini
selalu ada risiko
tapi jangan yang ini
dapat bikin K.O.
bisa hilang iman
krisis kepercayaan
mestinya semuanya
ada logikanya
selagi muda bertapa
sudah tua menikmatinya
bila terlanjur terbalik
bikin mata "mendelik".
(menyesal juga?
sama sekali tidak!
menerimanya
yang lain... tidak!)
*13092014.10:50.-
63.
ingin aku bertanya
tapi tidak berani
kenapa hidup begini
terasa teraniaya
tambahkan lagi
aku masih sanggup
selama rumpun melati
setiap pagi masih kuncup
aku akan genapkan
hidup yang berantakan
biarkan, biarkan, biarkan
berjalan bukan tanpa perlawanan
bukankah inti hidup
itu gerak
entah itu berderak
entah itu sudah "angslup".
(bila tak ada lagi gerak
nafas akan sesak
manusianya mati
tak lagi terhuni.)
*14092014.01:22.-
64.
tidurlah, tidurlah
biarkan aku berjaga
menghitung jejak tingkah
selama menjadi manusia
kunci rumah saja
perlu diganti
pada waktunya
masa terbiarkan mati
bahkan di dalam diam
ada gerak tanpa batasan
menembus kesangsian
menera yang melempam
mestikah semua dihitung
entah rugi entah untung
lupakan saja semuanya
biarkan hidup ikhlas saja.
*14092014.01:39.-
65.
izini aku istirahat
aku sudah cacat
masih menggeliat
tapi terlalu melarat
bahkan sekadar semangat
aku tak mungkin lagi giat
aku memilih menyerah
aku memilih pasrah
itu karena aku cuma "titah"
dan bukan manusia pongah
bila kamu mau jumawa
silakan saja
inilah aku senyatanya
manusia biasa
yang bisa putus asa
tanpa harapan pula.
(akan tetapi, gerak tetap esensiku
ketika nyawa sampai di leherku
aku akan tetap menggerakkan bola mataku
meskipun itu hanya isyarat saat terakhirku!)
*GriyaCiptadi.14092014.22:57.-
Label:
puisi,
sajak orang kalah
03.36
SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Keduabelas).
Written By Madani on Kamis, 04 September 2014 | 03.36
(ketika harus mencoba dan terus mencoba)
56.
jangan takut salah
salah membuat kita belajar
kalau ada yang salah
terus bunuh diri, itu tersasar
mengulang juga tidak salah
mencoba dan terus mencoba
sampai benar-benar bisa
jangan sampai mengalah
mengalah bisa terinjak-injak
kalau maunya begitu
itu tidak salah tentu
kalau aku sih, lebih baik berontak
jangan salah paham
berontak dalam pemikiran
agar tercapai kebeningan
agar diri tidak melempam.
(jatuh dari sepeda
akan membuat mampu
mengendalikannya
begitu juga batinmu!)
*28082014.09:19.-
57.
subuh tadi kecelakaan kecil itu terjadi
harus berbuat apa lagi?
haruskah berhenti?
andai bisa pulang kampung dan bertani
jadi, mau jadi pengecut saja
membuang segala jejak
sudah terlalu letih berusaha
cobaan selalu menyeruak
tidaklah terasa
sebelas tahun menjadi tua
sudah jadi barang tak berguna
tidak mati-mati juga
terserah saja apa katamu
aku benar-benar telah jemu
ini salah, itu salah
capek senantiasa mengalah.
(bila telah lama di jalan berbeda
sebaiknya memang sendiri saja!)
*29082014.06:03.-
58.
aku hanyalah kepedihan
di dalam ceriaku ini
terselip belati
yang bernama kepedihan
kenapa aku seperti ini
berkembang dalam sunyi
tanpa kompromi
dan menjadi tersendiri?
ketika orang berpikir
di dalam air
aku menjadi air
itu gagal, tinggal getir
aku tetap aku
keumuman tak berlaku
perbedaan di dalam diriku
terlalu banyak, tak membeku
berkembang biak
beranak-pinak
menyeruak
hingga aku tak bisa berontak
belenggu itu bernama kecerdasan
yang membuatku tak lagi hewan
lompatanku tak terpahamkan
hasilnya... tetap saja: kepedihan.
*31082014.02:14.-
59.
belum lama tanah itu
aku tinggalkan merantau
aku sudah rindu
saat aku bersujud agar tak kacau
ada tangis dalam hati
telah hilang banyak masa
hanya untuk menduga-duga
yang mestinya tak perlu sekali
mendengarkan baik-baik
tak perlu mengundang resah
tak juga perlu bersusah payah
semua tersedia ketika balik
"sungkem" pada pangkuan Ibu
karena beliau pusat ilmu
banyak yang aku tidak tahu
sangat jelas karena masih dungu.
(tanah itu bernama Padangan
membikin terang pandangan
semudah itu rahasianya
terlalu lama dalam buta.)
*31082014.17:30.-
60.
sinar pagi ini
tak langsung masuk kamarku
aku terpaksa menunggu
dengan sengaja mendebar-debarkan hati
betapa tidak, entah kapan
nyawa tak lagi mengisi badan
tak jua hati bertentram
masih terganggu kelam
ada yang masih menggantung
belum dapat disebut rampung
ada yang masih suwung
belum ada isi hingga menggelembung
ini repotnya tak kenal mati
tidak menyiksa
tapi tak bisa dinikmati
juga tak dapat dianggap biasa saja.
(haruskah beban ini
dibawa sampai mati
adakah bidadari
yang 'kan datang mengunci?)
*TelukAngsanPermai.02092014.08:05.-
56.
jangan takut salah
salah membuat kita belajar
kalau ada yang salah
terus bunuh diri, itu tersasar
mengulang juga tidak salah
mencoba dan terus mencoba
sampai benar-benar bisa
jangan sampai mengalah
mengalah bisa terinjak-injak
kalau maunya begitu
itu tidak salah tentu
kalau aku sih, lebih baik berontak
jangan salah paham
berontak dalam pemikiran
agar tercapai kebeningan
agar diri tidak melempam.
(jatuh dari sepeda
akan membuat mampu
mengendalikannya
begitu juga batinmu!)
*28082014.09:19.-
57.
subuh tadi kecelakaan kecil itu terjadi
harus berbuat apa lagi?
haruskah berhenti?
andai bisa pulang kampung dan bertani
jadi, mau jadi pengecut saja
membuang segala jejak
sudah terlalu letih berusaha
cobaan selalu menyeruak
tidaklah terasa
sebelas tahun menjadi tua
sudah jadi barang tak berguna
tidak mati-mati juga
terserah saja apa katamu
aku benar-benar telah jemu
ini salah, itu salah
capek senantiasa mengalah.
(bila telah lama di jalan berbeda
sebaiknya memang sendiri saja!)
*29082014.06:03.-
58.
aku hanyalah kepedihan
di dalam ceriaku ini
terselip belati
yang bernama kepedihan
kenapa aku seperti ini
berkembang dalam sunyi
tanpa kompromi
dan menjadi tersendiri?
ketika orang berpikir
di dalam air
aku menjadi air
itu gagal, tinggal getir
aku tetap aku
keumuman tak berlaku
perbedaan di dalam diriku
terlalu banyak, tak membeku
berkembang biak
beranak-pinak
menyeruak
hingga aku tak bisa berontak
belenggu itu bernama kecerdasan
yang membuatku tak lagi hewan
lompatanku tak terpahamkan
hasilnya... tetap saja: kepedihan.
*31082014.02:14.-
59.
belum lama tanah itu
aku tinggalkan merantau
aku sudah rindu
saat aku bersujud agar tak kacau
ada tangis dalam hati
telah hilang banyak masa
hanya untuk menduga-duga
yang mestinya tak perlu sekali
mendengarkan baik-baik
tak perlu mengundang resah
tak juga perlu bersusah payah
semua tersedia ketika balik
"sungkem" pada pangkuan Ibu
karena beliau pusat ilmu
banyak yang aku tidak tahu
sangat jelas karena masih dungu.
(tanah itu bernama Padangan
membikin terang pandangan
semudah itu rahasianya
terlalu lama dalam buta.)
*31082014.17:30.-
60.
sinar pagi ini
tak langsung masuk kamarku
aku terpaksa menunggu
dengan sengaja mendebar-debarkan hati
betapa tidak, entah kapan
nyawa tak lagi mengisi badan
tak jua hati bertentram
masih terganggu kelam
ada yang masih menggantung
belum dapat disebut rampung
ada yang masih suwung
belum ada isi hingga menggelembung
ini repotnya tak kenal mati
tidak menyiksa
tapi tak bisa dinikmati
juga tak dapat dianggap biasa saja.
(haruskah beban ini
dibawa sampai mati
adakah bidadari
yang 'kan datang mengunci?)
*TelukAngsanPermai.02092014.08:05.-
Label:
puisi,
sajak orang kalah
09.51
SAJAK-SAJAK "ORANG KALAH" (Bagian Kesebelas).
Written By Madani on Kamis, 28 Agustus 2014 | 09.51
(ketika lebih baik melata)
51.
siapa aku
berani mengaku-aku
berdarah biru
di antara guru
lebih baik melata
di antara sang jelata
berbagi duka
mengolah derita
menanam lebah
menuai madu
tidak gegabah
tidak "grusa-grusu"
di ketinggian
cuma ada kengerian
takut kehilangan
takut terbantai pemberontakan.
(bila ada itu darah
biarkan jadi sikap pantang menyerah!)
*15082014.07:54.-
52.
mencari
entah kapan bertemu
tanda-tanda itu
terlalu tersembunyi
apa itu hal mustahil
hanya dalam pikiranku saja
haruskah menuju yang terpencil
baru nanti mencari hubungannya?
itulah memang rahasia alam
yang kian tersembunyi oleh malam
memotong dan memorakporandakan
agar menjadi teka-teki kejutan
karena itu waskitalah
agar tidak menjadi orang kalah.
*16082014.02:22.-
53.
ini masih pagi
aku kedinginan
sedang merenungi
arti kemerdekaan
bagaimana mungkin merdeka
begini salah begitu salah
bahkan ketika jelas-jelas pasrah
hidup atau mati itu pilihan juga
tolong biarkan aku
memiliki diriku
mau aku bunuh
itu hakku penuh
percaya saja
kamu belum bisa
bagaimana mungkin
sudah bisa yakin?
(percaya itu mestinya mutlak
lha koq malah seolah-olah tanpa hak!)
*17082014.05:52.-
54.
rombongan anak
pengamen barongan
baru saja pulang
agak bimbang
ini hari kemerdekaan
mereka tetap bergerak
ini tanah kaya
akan minyak
dan kayu jati
terbaik di negeri
tapi kemiskinan meruyak
agak susah berjaya
bagaimana mungkin
tidak begitu halnya
keduanya dikuasai negara
rakyat hanya bisa ingin
tanpa bisa menikmati
apa yang ada di bumi.
(satu-satunya cara
hanya terus berusaha
menciptakan peluang kerja
dari tangan tak tergenggam saja!)
*GriyaCiptadi17082014.17:42.-
55.
ketika berbicara
menimbulkan luka
lebih baik ke hutan
menghayati kesepian
ketika merintis cita-cita
memorakporandakan segala
lebih baik dilepaskan
tetap jadi manusia kebanyakan
padahal, bila harus memilih
antara tapa dan bergaul sesama
tidak akan pernah tersulih
akan tetap berada di antara manusia
hidup baik bersama sebangsa
itu kunci penutup menuju surga
kata Kakek, "manjingå ajur-ajèr"
apa lagi… "gènjèr pathing kelèlèr"!
(pedang itu terhunjam
bergerak memutar kian dalam!}
*TelukAngsanPermai28082014.07:32.-
**aku di Semarang pada satu hari dulu. (Foto: Neny Isharyanti, FBS UKSW)
51.
siapa aku
berani mengaku-aku
berdarah biru
di antara guru
lebih baik melata
di antara sang jelata
berbagi duka
mengolah derita
menanam lebah
menuai madu
tidak gegabah
tidak "grusa-grusu"
di ketinggian
cuma ada kengerian
takut kehilangan
takut terbantai pemberontakan.
(bila ada itu darah
biarkan jadi sikap pantang menyerah!)
*15082014.07:54.-
52.
mencari
entah kapan bertemu
tanda-tanda itu
terlalu tersembunyi
apa itu hal mustahil
hanya dalam pikiranku saja
haruskah menuju yang terpencil
baru nanti mencari hubungannya?
itulah memang rahasia alam
yang kian tersembunyi oleh malam
memotong dan memorakporandakan
agar menjadi teka-teki kejutan
karena itu waskitalah
agar tidak menjadi orang kalah.
*16082014.02:22.-
53.
ini masih pagi
aku kedinginan
sedang merenungi
arti kemerdekaan
bagaimana mungkin merdeka
begini salah begitu salah
bahkan ketika jelas-jelas pasrah
hidup atau mati itu pilihan juga
tolong biarkan aku
memiliki diriku
mau aku bunuh
itu hakku penuh
percaya saja
kamu belum bisa
bagaimana mungkin
sudah bisa yakin?
(percaya itu mestinya mutlak
lha koq malah seolah-olah tanpa hak!)
*17082014.05:52.-
54.
rombongan anak
pengamen barongan
baru saja pulang
agak bimbang
ini hari kemerdekaan
mereka tetap bergerak
ini tanah kaya
akan minyak
dan kayu jati
terbaik di negeri
tapi kemiskinan meruyak
agak susah berjaya
bagaimana mungkin
tidak begitu halnya
keduanya dikuasai negara
rakyat hanya bisa ingin
tanpa bisa menikmati
apa yang ada di bumi.
(satu-satunya cara
hanya terus berusaha
menciptakan peluang kerja
dari tangan tak tergenggam saja!)
*GriyaCiptadi17082014.17:42.-
55.
ketika berbicara
menimbulkan luka
lebih baik ke hutan
menghayati kesepian
ketika merintis cita-cita
memorakporandakan segala
lebih baik dilepaskan
tetap jadi manusia kebanyakan
padahal, bila harus memilih
antara tapa dan bergaul sesama
tidak akan pernah tersulih
akan tetap berada di antara manusia
hidup baik bersama sebangsa
itu kunci penutup menuju surga
kata Kakek, "manjingå ajur-ajèr"
apa lagi… "gènjèr pathing kelèlèr"!
(pedang itu terhunjam
bergerak memutar kian dalam!}
*TelukAngsanPermai28082014.07:32.-
**aku di Semarang pada satu hari dulu. (Foto: Neny Isharyanti, FBS UKSW)
Label:
puisi,
sajak orang kalah
00.10
SAJAK-SAJAK “MENJADI INDONESIA” (Bagian Ketiga)
Written By Madani on Selasa, 26 Agustus 2014 | 00.10
(ketika harus tetap bergerak)
11.
lebih gampang naik
ketimbang turun
jangan mudah panik
tegang dibikin turun
pasang surut hidup
bagaikan bolam
saat waktu tenggelam
akan semakin redup
itu normal saja
dulu saat kerja
naik turun takhta
bisa kapan saja
ketika terusir
tak harus minggir
ciptakan kesempatan
buka jurus kehidupan.
(masalahnya mau atau tidak
jadi, tetaplah bergerak
jangan mati tindak
pikirkan orang banyak!)
*21082014.18:17.-
12.
menatap masa depan
atau
merenungi masa lalu
balau?
tentu tidak
cepat bertindak
bila keadaan memihak
tak tertawa tergelak-gelak
bila kalah
mengaku kalah
bila menang
merenung panjang
ada yang kita tahu
ada yang tersembunyi selalu
ada yang kita salah tebak senantiasa
bagaimana bisa bilang kita telah waskita?
(sebagai titah
kita manusia wantah
jangan sok kuasa
nanti terjungkal belaka.)
*GriyaCiptadi.23082014.03:45.-
13.
mimpi
harus dibangun dari akar
harus ditegakkan dari dasar
tanpa itu... tahi!
masih mending untuk rabuk
atau bikin kayu lapuk
juga bisa buat orang mengamuk
atau bahkan takjub menunduk
tak ada
di alam ini yang diciptakan sia-sia
meski hanya seonggok tahi
meski itu hanya mimpi
entah apa
tanpa impian dunia
mungkin hanya
mengambang udara
tak perlu ledakan besar
untuk maujud
mungkin hanya sekadar
rasa kecut.
*24082014.04:10.-
14.
sirna galih
rawa rontek
belum pulih
masih capek
tantangan mencuat
tenaga menguat
untuk apa?
demi apa?
demi hidup itu sendiri
tak bicara untung-rugi
bekerja tanpa motivasi
kecuali sekadar mengabdi
masih banyak
yang harus diperbuat
agar Indonesia tak kiamat
kenapa harus bertanya hak?
(jalani saja
semoga Indonesia
tetap lestari
menjadi negeri.)
*25082014.15:59.-
15.
apa kamu tahu tentang gunung tinggi
apa kamu tahu mengenai sungai membasahi
apa kamu tahu tentang bintang bercahaya
apa kamu tahu mengenai matahari pada malamnya
semuanya itu ada pada tempatnya
terikat tanpa tali menggantung begitu saja
tentu saja ada ikatan yang tak mudah dipahami
ada aturan agar tak saling menabrak dan serasi
itulah sebabnya manusia dibedakan dari hewan
sama-sama diberi instink, tapi dilengkapi pikiran
pikiran yang berlogika bukan musuh yang harus dibasmi
akal itu alat agar kita mudah mengerti dan tahu terperinci
ayo, berjuang, angkat dan guratkan pena
goyangkan cangkul olah tanah jadi berguna
semua yang ada di dalam alam semesta
disediakan buat kita sebagai modal hidup bersama.
*TelukAngsanPermai.25082014.20:16.-
11.
lebih gampang naik
ketimbang turun
jangan mudah panik
tegang dibikin turun
pasang surut hidup
bagaikan bolam
saat waktu tenggelam
akan semakin redup
itu normal saja
dulu saat kerja
naik turun takhta
bisa kapan saja
ketika terusir
tak harus minggir
ciptakan kesempatan
buka jurus kehidupan.
(masalahnya mau atau tidak
jadi, tetaplah bergerak
jangan mati tindak
pikirkan orang banyak!)
*21082014.18:17.-
12.
menatap masa depan
atau
merenungi masa lalu
balau?
tentu tidak
cepat bertindak
bila keadaan memihak
tak tertawa tergelak-gelak
bila kalah
mengaku kalah
bila menang
merenung panjang
ada yang kita tahu
ada yang tersembunyi selalu
ada yang kita salah tebak senantiasa
bagaimana bisa bilang kita telah waskita?
(sebagai titah
kita manusia wantah
jangan sok kuasa
nanti terjungkal belaka.)
*GriyaCiptadi.23082014.03:45.-
13.
mimpi
harus dibangun dari akar
harus ditegakkan dari dasar
tanpa itu... tahi!
masih mending untuk rabuk
atau bikin kayu lapuk
juga bisa buat orang mengamuk
atau bahkan takjub menunduk
tak ada
di alam ini yang diciptakan sia-sia
meski hanya seonggok tahi
meski itu hanya mimpi
entah apa
tanpa impian dunia
mungkin hanya
mengambang udara
tak perlu ledakan besar
untuk maujud
mungkin hanya sekadar
rasa kecut.
*24082014.04:10.-
14.
sirna galih
rawa rontek
belum pulih
masih capek
tantangan mencuat
tenaga menguat
untuk apa?
demi apa?
demi hidup itu sendiri
tak bicara untung-rugi
bekerja tanpa motivasi
kecuali sekadar mengabdi
masih banyak
yang harus diperbuat
agar Indonesia tak kiamat
kenapa harus bertanya hak?
(jalani saja
semoga Indonesia
tetap lestari
menjadi negeri.)
*25082014.15:59.-
15.
apa kamu tahu tentang gunung tinggi
apa kamu tahu mengenai sungai membasahi
apa kamu tahu tentang bintang bercahaya
apa kamu tahu mengenai matahari pada malamnya
semuanya itu ada pada tempatnya
terikat tanpa tali menggantung begitu saja
tentu saja ada ikatan yang tak mudah dipahami
ada aturan agar tak saling menabrak dan serasi
itulah sebabnya manusia dibedakan dari hewan
sama-sama diberi instink, tapi dilengkapi pikiran
pikiran yang berlogika bukan musuh yang harus dibasmi
akal itu alat agar kita mudah mengerti dan tahu terperinci
ayo, berjuang, angkat dan guratkan pena
goyangkan cangkul olah tanah jadi berguna
semua yang ada di dalam alam semesta
disediakan buat kita sebagai modal hidup bersama.
*TelukAngsanPermai.25082014.20:16.-
Label:
puisi,
sajak menjadi indonesia
10.29
SAJAK-SAJAK “MENJADI INDONESIA” (Bagian Pertama)
Written By Madani on Senin, 18 Agustus 2014 | 10.29
(ketika jiwa membening)
1.
apa yang dibutuhkan lelaki tua ini
bila tidak bau dupa mewangi
menembusi kabut hati
menghapus resah bersisa sunyi?
dengan kebeningan jiwa
menulis kembali sejarah
yang sudah diubah-ubah
demi mengunggulkan ksatrianya
apa tidak dimengerti
betapa kebohongan
menimbulkan penyakit hati
yang menyulut kemarahan?
betapa nilai bening
dirajut dengan pening
oleh jiwa yang panik
untuk sedikit belajar lebih baik
apa kamu pikir
kebajikan tercipta
secara tiba-tiba
tanpa akal diulir?
ada tahap untuk mengubah diri
dari binatang berjalan tegak belaka
yang saling memangsa semuanya
menjadi manusia bermartabat diri!
*08082014.14:47.-
2.
mencari jejak awal peradaban
mendaki pun aku tekadkan
dari kecil takut ketinggian
mau tak mau harus dilupakan
menuju puncak
meniti gelegak
sering menunduk
agar tidak terantuk
menunduk
itu tawaduk
meneliti
mencari bukti
bahwa kita ini
bangsa bahari
mengerti ilmu bintang
agar bisa malang-melintang.
(itu bukan untuk gagah-gagahan
hanya sekadar menjalani kehidupan
bahwa kita bangsa berperadaban
yang memahami kewaskitaan!)
*15082014.02:38.-
3.
ke sawah
meniti pematang
sekali lengah
bisa-bisa terjengkang
untung, sawahnya kering
takut menginjak tanaman
keringat pemaculnya belum kering
masa tanamannya sudah dirusakkan
ingat masa kecil
ketika belajar menanam
tembakau di ladang gersang
Kakek pun memanggil
membawa bibit yang akan ditanam
harapan panen menghasilkan uang
jalan panjang harus ditempuh
memikul air untuk menyiramnya
mengolah tanah tak boleh mengeluh
betapa pun capai melandanya.
(cucu petani jadi penulis
sama-sama mengabdi takdir tertulis!)
*15082014.23:28.-
4.
meniti alur perjuangan
menyibak keremangan
tidak main serang
tidak main terjang
sabar mengolah kesempatan
tidak terjerumus kesempitan
di mana-mana tetaplah bumi Tuhan
karunia bagi yang mau gerakkan tangan
mengolah tanah sama mulianya
dengan mengguratkan kata
jangan cepat jumawa
seolah-olah paling berjasa
keagungan sekarang ini
berkat banjir keringat dahulu hari
berbilang generasi menegakkan martabat
jangan olehmu sekali gerak jadi melarat.
(masihkah ingat nenek moyangmu orang pelaut
menerjang ombak menempuh badai tanpa takut?)
*15082014.23:47.-
5.
ketika terlentang
ke batas langit memandang
jiwa terikat ke bumi
di dasar sungai menyusuri
mengalir sampai jauh
hingga terpaksa menyusut peluh
mencari yang orang lupakan
akar pembentuk peradaban
betapa dalam sejarah Indonesia
mundur ke masa dulu kala
apakah semua itu bisa
diungkapkan kembali ke yang muda
semua tergantung kemauan
juga kedalaman kecerdasan
perlu bantuan keuangan
untuk memperluas pengamatan.
(bila hanya sekadar suka
entah cuma akan sampai di mana.)
*GriyaCiptadi.16082014.02:35.-
**aku di Situs Planggatan, Dusun Tambak, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, Kamis 14 Agustus 2014 jelang tengah hari. (Foto: Pank'Gon mBalela)
1.
apa yang dibutuhkan lelaki tua ini
bila tidak bau dupa mewangi
menembusi kabut hati
menghapus resah bersisa sunyi?
dengan kebeningan jiwa
menulis kembali sejarah
yang sudah diubah-ubah
demi mengunggulkan ksatrianya
apa tidak dimengerti
betapa kebohongan
menimbulkan penyakit hati
yang menyulut kemarahan?
betapa nilai bening
dirajut dengan pening
oleh jiwa yang panik
untuk sedikit belajar lebih baik
apa kamu pikir
kebajikan tercipta
secara tiba-tiba
tanpa akal diulir?
ada tahap untuk mengubah diri
dari binatang berjalan tegak belaka
yang saling memangsa semuanya
menjadi manusia bermartabat diri!
*08082014.14:47.-
2.
mencari jejak awal peradaban
mendaki pun aku tekadkan
dari kecil takut ketinggian
mau tak mau harus dilupakan
menuju puncak
meniti gelegak
sering menunduk
agar tidak terantuk
menunduk
itu tawaduk
meneliti
mencari bukti
bahwa kita ini
bangsa bahari
mengerti ilmu bintang
agar bisa malang-melintang.
(itu bukan untuk gagah-gagahan
hanya sekadar menjalani kehidupan
bahwa kita bangsa berperadaban
yang memahami kewaskitaan!)
*15082014.02:38.-
3.
ke sawah
meniti pematang
sekali lengah
bisa-bisa terjengkang
untung, sawahnya kering
takut menginjak tanaman
keringat pemaculnya belum kering
masa tanamannya sudah dirusakkan
ingat masa kecil
ketika belajar menanam
tembakau di ladang gersang
Kakek pun memanggil
membawa bibit yang akan ditanam
harapan panen menghasilkan uang
jalan panjang harus ditempuh
memikul air untuk menyiramnya
mengolah tanah tak boleh mengeluh
betapa pun capai melandanya.
(cucu petani jadi penulis
sama-sama mengabdi takdir tertulis!)
*15082014.23:28.-
4.
meniti alur perjuangan
menyibak keremangan
tidak main serang
tidak main terjang
sabar mengolah kesempatan
tidak terjerumus kesempitan
di mana-mana tetaplah bumi Tuhan
karunia bagi yang mau gerakkan tangan
mengolah tanah sama mulianya
dengan mengguratkan kata
jangan cepat jumawa
seolah-olah paling berjasa
keagungan sekarang ini
berkat banjir keringat dahulu hari
berbilang generasi menegakkan martabat
jangan olehmu sekali gerak jadi melarat.
(masihkah ingat nenek moyangmu orang pelaut
menerjang ombak menempuh badai tanpa takut?)
*15082014.23:47.-
5.
ketika terlentang
ke batas langit memandang
jiwa terikat ke bumi
di dasar sungai menyusuri
mengalir sampai jauh
hingga terpaksa menyusut peluh
mencari yang orang lupakan
akar pembentuk peradaban
betapa dalam sejarah Indonesia
mundur ke masa dulu kala
apakah semua itu bisa
diungkapkan kembali ke yang muda
semua tergantung kemauan
juga kedalaman kecerdasan
perlu bantuan keuangan
untuk memperluas pengamatan.
(bila hanya sekadar suka
entah cuma akan sampai di mana.)
*GriyaCiptadi.16082014.02:35.-
Situs Planggatan |
**aku di Situs Planggatan, Dusun Tambak, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, Kamis 14 Agustus 2014 jelang tengah hari. (Foto: Pank'Gon mBalela)
Label:
puisi,
sajak menjadi indonesia
16.00
SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Kesepuluh)
Written By Madani on Rabu, 13 Agustus 2014 | 16.00
46.
"guyon-guyon parikena"
bergurau tapi (bisa juga) serius
itulah cara bertahannya
ketimbang harus cepat "lampus"
orang yang dianggap lemah
bisa juga mendadak bertindak
bila seperti kuda... "nylenthak"
bila sudah begitu, tak mungkin mengalah
aral penghalang... terjang
gunung tinggi... dilompati
bila ada jurang... terbang
bila tak dimengerti... "mbithi"!
itulah jurus trenggiling
meringkuk pura-pura mati
jangan dianggap kelemahan pasti
itu menunggu kesempatan 'tuk "nempiling".
(orang mengalah senyatanya tidaklah kalah
ia tidak pasrah, melainkan menunggu celah!)
*02082014.15:19.-
47.
menciptakan keterasingan
di tengah keramaian
menjadi ajang kreativitas
yang luas tanpa batas
apa pun risikonya
sungguh membuat bahagia
bisa memainkan teka-teki
kebenaran sendiri
tanpa harus peduli
apa yang sepertinya pasti
mengubah segala yang abu-abu
menjadi putih mutlak tentu
antivirus sudah ada
vitamin juga tersedia
apa lagi yang dicari
kecuali...
kebenaran itu sendiri
itulah yang hakiki.
(Semar asli Jawa tetap saja hadir
di tengah tokoh asing yang membanjir!)
*03082014.20:39.-
48.
bila tidak tahu
jangan ikut-ikutan
itu "taklid" buta tentu
cenderung jadi kesalahan
tentu saja tahu
beda dari "sok tau"
masalahnya tentu
ada bahaya karena tahu
kita menjadi berbeda
itu mengundang curiga
kita dianggap tidak umum
segala alasan tak dimaklum
jadi, ingat kata Belanda tak awas
bahwasanya diam itu emas
tapi, mungkinkah kita dapat diam
dan ada ketakadilan tetap bungkam?
(itulah kewajaran hidup ini
"ewuh aya ing pambudi"!)
*04082014.09:06.-
49.
sungguh, duka ini
tak pernah terpahami
apalagi kegagalan ini
tak pernah dimengerti
betapa kita petik bintang
yang tidak mesti cemerlang
ada pengalaman
dari kegagalan
sekarang, pada masa tua
betapa terasa itu berguna
untuk menganalisis
agar hilang segala miris
takdir tak percuma
tak diciptakan sia-sia
itu pelajaran semua
bagi yang masih percaya.
*SJL.09082014.09:36.-
50.
waras atau gila
apa bedanya
bila waktu
mengharuskan begitu
menjadi orang jujur
malah diri hancur
gigit jari
tak kebagian rezeki
mengambang
dalam udara malam
begitu bimbang
sampai serasa demam
berhasil dan kaya
tidak mesti bahagia
dalam hati merasa sepi
akhirnya bunuh diri.
(dunianya sudah tua ini
yang tidak ikut ngedan
tidak kebagian
kata pujangga dahulu hari!)
*Sukoharjo13082014.22:14.-
"guyon-guyon parikena"
bergurau tapi (bisa juga) serius
itulah cara bertahannya
ketimbang harus cepat "lampus"
orang yang dianggap lemah
bisa juga mendadak bertindak
bila seperti kuda... "nylenthak"
bila sudah begitu, tak mungkin mengalah
aral penghalang... terjang
gunung tinggi... dilompati
bila ada jurang... terbang
bila tak dimengerti... "mbithi"!
itulah jurus trenggiling
meringkuk pura-pura mati
jangan dianggap kelemahan pasti
itu menunggu kesempatan 'tuk "nempiling".
(orang mengalah senyatanya tidaklah kalah
ia tidak pasrah, melainkan menunggu celah!)
*02082014.15:19.-
47.
menciptakan keterasingan
di tengah keramaian
menjadi ajang kreativitas
yang luas tanpa batas
apa pun risikonya
sungguh membuat bahagia
bisa memainkan teka-teki
kebenaran sendiri
tanpa harus peduli
apa yang sepertinya pasti
mengubah segala yang abu-abu
menjadi putih mutlak tentu
antivirus sudah ada
vitamin juga tersedia
apa lagi yang dicari
kecuali...
kebenaran itu sendiri
itulah yang hakiki.
(Semar asli Jawa tetap saja hadir
di tengah tokoh asing yang membanjir!)
*03082014.20:39.-
48.
bila tidak tahu
jangan ikut-ikutan
itu "taklid" buta tentu
cenderung jadi kesalahan
tentu saja tahu
beda dari "sok tau"
masalahnya tentu
ada bahaya karena tahu
kita menjadi berbeda
itu mengundang curiga
kita dianggap tidak umum
segala alasan tak dimaklum
jadi, ingat kata Belanda tak awas
bahwasanya diam itu emas
tapi, mungkinkah kita dapat diam
dan ada ketakadilan tetap bungkam?
(itulah kewajaran hidup ini
"ewuh aya ing pambudi"!)
*04082014.09:06.-
49.
sungguh, duka ini
tak pernah terpahami
apalagi kegagalan ini
tak pernah dimengerti
betapa kita petik bintang
yang tidak mesti cemerlang
ada pengalaman
dari kegagalan
sekarang, pada masa tua
betapa terasa itu berguna
untuk menganalisis
agar hilang segala miris
takdir tak percuma
tak diciptakan sia-sia
itu pelajaran semua
bagi yang masih percaya.
*SJL.09082014.09:36.-
50.
waras atau gila
apa bedanya
bila waktu
mengharuskan begitu
menjadi orang jujur
malah diri hancur
gigit jari
tak kebagian rezeki
mengambang
dalam udara malam
begitu bimbang
sampai serasa demam
berhasil dan kaya
tidak mesti bahagia
dalam hati merasa sepi
akhirnya bunuh diri.
(dunianya sudah tua ini
yang tidak ikut ngedan
tidak kebagian
kata pujangga dahulu hari!)
*Sukoharjo13082014.22:14.-
Label:
puisi,
sajak orang kalah
15.53
SAJAK-SAJAK “ORANG KALAH” (Bagian Kedelapan)
Written By Madani on Kamis, 31 Juli 2014 | 15.53
(ketika letih dan perih)
36.
letih
perih
risiko pilihan
harus berteman
ada perbedaan
menjadi gangguan
itu menjadikan rentan
hubungan dan jalinan
bila sudah rusak
tak bisa lagi semerbak
bau busuk menyeruak
rahasia pun terkuak
yang paling menyedihkan
itu tak lain dari ramalan
yang belum menjadi kejadian
tak mungkin dipertanggungjawabkan!
(bagaimana tak naik pitam
yang matang menjadi dendam?
yang bila sudah demikian jadi kesumat
tak mungkin terlupakan sampai kiamat!)
*30072014.20:12.-
37.
mari nikmati
sunyi ini
kamu punya
dunia maya
aku sepenuhnya
sendirian saja
selalu ada
yang dipertaruhkan
agar setia
pada pilihan
itu risikonya
biarkan demikian
dari dulu
senantiasa begitu
bila rugi melulu
berhenti
dari peduli
biarkan mati.
(mari beri arti baru pada menyerah
terus berusaha tentu tapi pasrah!)
*31072014.10:10.-
38.
bekerja
begitu saja
tidak dihargai
tidak peduli
"njajah desa milang kori"
mencari data mencari bukti
"nggladak" puluhan tahun
belum pasti bisa dipumpun
sampai hari ini
masih tanpa taja
masih dibiayai
... sendiri saja
tentu saja ada teman
memberikan dukungan
ikhlas mengopikan
naskah simpanan
saling menerima
saling memberi
segenap hati
mendukungnya.
*31072014.13:09.-
39.
pernah diadili
karena sesuatu
yang belum terjadi
aku marah tentu
dua kali sudah
tak mungkin
menganggap mudah
itu mencegah ingin
ingin bagian dari hak
terlaksana
masih tanda tanya
bagaimana bisa ditindak?
pencegahan?
ya sudah
kita tak usah berkawan
itu lebih mudah.
(belahan jiwa
susah dapatnya!
cinta itu
tak mesti bersatu!)
*31072014.19:29.-
40.
memandang jauh
rasa tersentuh
betapa bahagia
berada di tanahnya
di sini, komplit
minyak dan hutan
yang kaya, yang terjepit
sama-sama bertahan
apa yang dulu tidak
sekarang sudah bisa
bertahan di sini, aku tidak
aku hanya bisa nelangsa
dulu, aku dapat jual kisah
dari perjalanan tanpa lelah
sekarang, hanya mendesah
segalanya sudah berubah.
(aku sudah menjadi orang kalah
bila ada keajaiban nanti, entahlah!)
*SJL.31072014.20:22.-
**getir
36.
letih
perih
risiko pilihan
harus berteman
ada perbedaan
menjadi gangguan
itu menjadikan rentan
hubungan dan jalinan
bila sudah rusak
tak bisa lagi semerbak
bau busuk menyeruak
rahasia pun terkuak
yang paling menyedihkan
itu tak lain dari ramalan
yang belum menjadi kejadian
tak mungkin dipertanggungjawabkan!
(bagaimana tak naik pitam
yang matang menjadi dendam?
yang bila sudah demikian jadi kesumat
tak mungkin terlupakan sampai kiamat!)
*30072014.20:12.-
37.
mari nikmati
sunyi ini
kamu punya
dunia maya
aku sepenuhnya
sendirian saja
selalu ada
yang dipertaruhkan
agar setia
pada pilihan
itu risikonya
biarkan demikian
dari dulu
senantiasa begitu
bila rugi melulu
berhenti
dari peduli
biarkan mati.
(mari beri arti baru pada menyerah
terus berusaha tentu tapi pasrah!)
*31072014.10:10.-
38.
bekerja
begitu saja
tidak dihargai
tidak peduli
"njajah desa milang kori"
mencari data mencari bukti
"nggladak" puluhan tahun
belum pasti bisa dipumpun
sampai hari ini
masih tanpa taja
masih dibiayai
... sendiri saja
tentu saja ada teman
memberikan dukungan
ikhlas mengopikan
naskah simpanan
saling menerima
saling memberi
segenap hati
mendukungnya.
*31072014.13:09.-
39.
pernah diadili
karena sesuatu
yang belum terjadi
aku marah tentu
dua kali sudah
tak mungkin
menganggap mudah
itu mencegah ingin
ingin bagian dari hak
terlaksana
masih tanda tanya
bagaimana bisa ditindak?
pencegahan?
ya sudah
kita tak usah berkawan
itu lebih mudah.
(belahan jiwa
susah dapatnya!
cinta itu
tak mesti bersatu!)
*31072014.19:29.-
40.
memandang jauh
rasa tersentuh
betapa bahagia
berada di tanahnya
di sini, komplit
minyak dan hutan
yang kaya, yang terjepit
sama-sama bertahan
apa yang dulu tidak
sekarang sudah bisa
bertahan di sini, aku tidak
aku hanya bisa nelangsa
dulu, aku dapat jual kisah
dari perjalanan tanpa lelah
sekarang, hanya mendesah
segalanya sudah berubah.
(aku sudah menjadi orang kalah
bila ada keajaiban nanti, entahlah!)
*SJL.31072014.20:22.-
**getir
Label:
puisi,
sajak orang kalah