Home » » [Puisi Kuna] “CINTA”

[Puisi Kuna] “CINTA”

Written By Unknown on Rabu, 16 Oktober 2013 | 15.26

{Pengantar: Tahun 1976 termasuk warsa sangat kreatif sepanjang hidupku, padahal, aku --saat itu pakai nama pena M.Dhim. Sri Marthawienata-- masih "pupuk bawang". Jatuh cinta saja tak berani bicara. Kuliah juga gagal. Tapi, hidupku tetap berlanjut, dari menulis dengan mesin ketik pinjaman. Puji Tuhan!}


cinta terpantek di rel kereta
setiap jengkal berisikan kenangan manis
tak lekang karena panas
tak luluh karena hujan
-- yang hilang tertiup angin malam
bukan cinta namanya
cuma sekadar nafsu dari limpahan birahi
yang membersit dari celah sepi

cinta melekat di lembar bungkus kacang
tiap kolom bertatahkan pengabdian ikhlas
terlahir tanpa pamrih
terpacukan tanpa umpan
-- yang terpana dengan pamrih membara
bukan cinta namanya
cuma sekadar lampias dari tumpahan hasrat
yang menggelegak dari celah serakah

cinta terpaku di permukaan daun teratai
tiap kolom bermanikkan mutiara kebahagiaan
tak porak karena tolak
tak resah karena pisah
-- yang bertepuk sebelah tangan membabibuta dendamnya
bukan cinta namanya
cuma sekadar perang dari dorongan menjajah
yang membahana dari celah ingin menang dengan kuasa mutlak

cinta mengait di pincuk*1) daun pisang kluthuk*2)
tiap helai berintikan pertalian akrab
tercipta tanpa kasta*3)
terwujud tanpa kemelut
-- yang membeda harta benda kuasa diraja
bukan cinta namanya
cuma sekadar pemuas dari tuntutan keakuan
yang melecut-lecut dari celah kepunyadirian*4) yang sempit

cinta terdampar di ujung gelap lorong redup
tiap sudut berhiaskan perasaan senasib sepenanggungan
tak cerai karena rezeki yang tak terbagi
tak buyar karena derita yang di luar nalar
-- yang lari karena terlalu jemu nasib sendu
bukan cinta namanya
cuma sekadar pelarian dari ketidakbetahan bersendiri
yang mendesak-desak dari celah kehakikian makhluk masyarakat*5).

Blora, Sanggar Jangka Langit, 1976.

Catatan Kaki:
*1) Pincuk (Jawa): wadah dari daun pisang yang dilipat dan disemat sehingga membentuk lekukan. Lihat Tim Penyusun Kamus (TPK) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Perum Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka, Jakarta, cetakan kedelapan, 1996, halaman 770 kolom 1.
*2) Pisang kluthuk (Jawa): pisang batu atau pisang biji. Lihat W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bagian Kedua Huruf P s/d Z, P.N. Balai Pustaka, Jakarta, cetakan keempat, 1966, halaman 85 kolom 1. Buahnya biasanya dipetik saat muda untuk dipakai sebagai bahan campuran rujak. Daunnya agak berbedak.
*3) Kasta: golongan (tingkat atau derajat) manusia, khususnya dalam masyarakat Hindu. Ada lima (empat dan satu) kasta, yakni brahmana (pendeta), ksatria (bangsawan, prajurit), waisya (pedagang, petani, tukang), sudra (rakyat biasa), dan paria (tanpa kasta, jembel hina dina). Lihat TPK P3B, op.cit., 1996, halaman 450 kolom 2. Paria dalam bahasa Inggris disebut the outcast, orang yang diusir dari masyarakat, orang buangan. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cornell University Press, Ithaca dan London, serta PT Gramedia, Jakarta, cetakan ke-11, Maret 1982, halaman 410 kolom 1.
*4) Yang saya maksud ialah kata lain dari keakuan, mementingkan diri sendiri. Lihat TPK P3B, op.cit., 1996, halaman 20 kolom 2. Sifat selfish ini didefinisikan: deficient in consideration for others, concerned chiefly with one’s own personal profit or pleasure, (of motive etc.) actuated by or appealing to self interest. Lihat F.G. and H.W. Fowler/R.E. Allen, The Pocket Oxford Dictionary, Clarendon Press/Oxford University Press, New York, paperback edition, 1985, halaman 678, kolom 2.
*5) Makhluk masyarakat? Yang saya maksud ialah homo socious: makhluk sosial.

Share this article :

Posting Komentar

Translate

Selamat Datang di Sanggar Jangka Langit

JANGKA LANGIT

Pengikut

Popular post

 
Support : Creating Website | Jangka-Langit | Martin
Copyright © 2013. JANGKA LANGIT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Jangka-Langit
Proudly powered by Jangka-Langit