"Maqam" Seh Jumadil Kubra di Tralaya, eks ibu kota Majapahit di Trowulan, Mojokerto. |
Pengantar: Artikel ini salah satu upaya "membenahi" sejarah "Wali Sanga Tidak Hanya Sembilan" yang sudah mulai saya tulis pada tahun 1996, sepulang saya ikut seminar di Masjid Sunan Ampel, Surabaya, 1996, yang di antaranya dihadiri oleh Gus Dur, Profesor Habib Moestopo, Prof. Mansur Suryanegara, dan Profesor Aminudin Kasdi. Salam, Gus Moen.
MUFTI NEGERI YAMAN ini bernama lengkap Al-Imam Waliyullåh Muhammad bin ‘Ali Khåli' Qåsam bin Alwi ats-Tsani bin Muhammad bin Alwi al-Awwal bin ‘Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Ulama besar yang berasal dari Hadråmaut ini diperkirakan wafat di Mirbath pada tahun 556 Hijriah (1161 Masèhi). Demikian ditulis dalam kitab Nasab Ahlul-Bait Nabi dari Keluarga Alawiyyin.[1]
Gelar Shåhib Mirbath diberikan karena ia bermukim di kota Mirbath, wilayah Dhåfar, Oman selatan, setelah pindah dari kota Tarim, wilayah Hadråmaut, Yaman. Kata shåhib bersinonim dengan kata maula, yang berarti seseorang yang bermukim atau berkuasa di suatu tempat.
Menurut penulis buku al-Masyra' al-Rawy, Muhammad Shåhib Mirbath itu Syaikh Masyayikhil Islam (guru besar ilmu agama Islam) dan Ilmul-'Ulama al-A'lam (ilmu kaum ulama kenamaan). Dinyatakan bahwa ia "ulama ahli syariat dan tarekat dan guru besar terkemuka bagi kaum penghayat ilmu hakikat, ahli fiqih dan mufti Negeri Yaman, (serta)… penasihat berbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama di negeri itu…."[2]
Muhammad Shåhib Mirbath dilahirkan di kota Tarim, Yaman. Ia dikaruniai empat anak laki-laki, yaitu ‘Abdullåh, Ahmad, ‘Alwi, dan ‘Ali. ‘Abdullåh dan Ahmad tidak berturunan, sedangkan ‘Alwi dan ‘Ali menjadi cikal-bakal para sayyid dari kaum Alawiyyin (Habaib), termasuk yang berada di kawasan Asia Tenggara.
‘Ali bin Muhammad, bergelar al-A'dham al-Faqih al-Muqåddam, punya anak Muhammad, sementara ‘Alwi bin Muhammad, bergelar `Amm al-Faqih al-Muqåddam, punya tiga anak: ‘Abd al-Malik, ‘Abdullåh, dan ‘Abd al-Råhman. Demikian menurut kitab Naqåbat al-Asyråf al-Kubrå, generasi ke-17.
‘Abdullåh bin ‘Alwi memiliki anak bernama ‘Ali, sementara ‘Abd al-Råhman bin ‘Alwi memiliki anak Ahmad. Demikian menurut kitab Naqåbat al-Asyråf al-Kubrå, generasi ke-18.
Di Indonesia, banyak kiyai pesantren yang dianggap merupakan turunan Muhammad Shåhib Mirbath melalui jalur turunan Wali Sångå. Turunannya dari kaum ‘Alawiyin, yang memakai gelar syarif, sayyid, syèkh, sidi, habib, dan wan, banyak pula yang menjadi pemuka agama Islam terkenal dan raja di berbagai kerajaan Islam di Nusantara.[3]
Sebagai contoh, berikut ini silsilah nenek moyang wali Jåwå, Syèkh Jumadil-Kubrå, sebutan tradisi untuk Syaikh Jamal al-Din al-Husayn.[4]
- ‘Ali bin Abi Thålib (w. 41 H/661 M, Najaf, Iraq)[5] memperistri Fathimah al-Zahrå berputra
- Husayn (w. 61 H/680 M, Karbala, Iraq)[6] berputra
- ‘Ali Zayn al-‘Abidin (w. 94 H/712 M, Madinah)[7] berputra
- Muhammad (al-)Baqir (w. 113 H/731 M, Madinah)[8] berputra
- Ja’far al-Shådiq (w. 148 H/765 M, Madinah)[9] berputra
- Muhammad ‘Ali al-‘Uråidi berputra
- ‘Isa al-Bashri berputra
- Ahmad al-Muhajir berputra
- ‘Ubaidillåh berputra
- Muhammad Shåhib Mirbath[10] (w. 556 H/1161 M) berputra
- ‘Alwi berputra
- ‘Abd al-Malik, yang dilahirkan di kota Ghåsan, dekat kota Tarim di daerah Hadhråmaut, pindah berdakwah ke India dan mendapatkan gelar Ahmad Khån, memperistri putri raja setempat, dan berputra
- Mawlana ‘Abd al-Khån, yang mendapatkan gelar al-Adzamat (Amir) Khån, berputra
- Mawlana Ahmad alias Imam Ahmad Syah Jalal, mubaligh masyhur di Jazirah India, wafat di Pakistan, berputra
- Jamal al-Din Akbar al-Husayn, da’i pertama yang pindah ke Cempå[11] dan menikahi putri rajanya.[12]
Dari silsilah ini, ternyata ada rantai yang putus atau dipersingkat. Silsilah dari Syaikh Muhammad Shåhib Mirbath hingga ke Syaikh Ahmad al-Muhajir, misalnya, seharusnya:
14. Muhammad Shåhib Mirbath
13. ‘Ali Khåli' Qåsam
12. ‘Alwi ats-Tsani
11. Muhammad
10. ‘Alwi al-Awwal
9. ‘Ubaidillah
8. Ahmad al-Muhajir.
(Gus Moen)
Catatan Kaki:
[1] Anonim, “Muhammad Shahib Mirbath,” dalam http://id.wikipedia.org/, terakhir diubah pada 4 Januari 2012. 06:34.
[2] Ibid.
[3] Anonim, op.cit., dalam http://id.wikipedia.org/, 4 Januari 2012.
[4] Mohammad Guntur Shah, S.Ag., dan Martin Moentadhim S.M. (editor), Sit-Lam: Sejarah Cina-Islam di Indonesia, manuskrip, Sanggar Jangka Langit, Bekasi, Januari 2004, halaman 122.
[5] Angka tahun wafat dan lokasi makam saya ambil dari Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, cetakan pertama, Desember 1996, halaman 385 kolom 2. Buku ini diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dari judul asli The Concise Encyclopaedia of Islam, Stacey International, 1989.
[6] Ejaan nama saya perbaiki. Angka tahun wafat dan lokasi makam saya ambil dari Cyril Glasse, op.cit., Desember 1996, halaman 385 kolom 2.
[7] Angka tahun wafat dan lokasi makam saya ambil dari Cyril Glasse, op.cit., Desember 1996, halaman 385 kolom 2.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Saya koreksi dari semula Marbaat --Gus Moen.
[11] Saya ganti dari aslinya: Kamboja --Gus Moen.
[12] H. Sayyid Husein al-Murtadho, Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo dalam Menyiarkan Agama Islam di Tanah Jawa, penyusun K.H. Abdullah Zaky al-Kaaf dan Drs. Mamam Abd. Djaliel, CV Pustaka Setia, Bandung, cetakan pertama, Muharram 1420/Mei 1999 M, halaman 32-33, dengan mengutip Umar Hasyim, Riwayat Maulana Malik Ibrahim, Menara Kudus, Kudus, 1981, halaman 10.
Posting Komentar